Masjid Babah Alun memiliki arsitektur yang berbeda dari masjid pada umumnya di Indonesia.
Masjid bernuansa China ini dibangun oleh anak angkat Buya Hamka, yaitu Muhammad Jusuf Hamka.
Pengusaha keturunan China ini sudah menjadi seorang mualaf sejak tahun 1981 atas tuntunan Buya Hamka.
Untuk mensyiarkan agama Islam, Jusuf Hamka kemudian berkeinginan untuk membangun 1.000 masjid bernuansa China pertama di Indonesia.
Nama masjid ini diambil dari nama asli Jusuf Hamka. Dalam tradisi Tionghoa, babah memiliki arti ‘ayah’.
Sementara itu, Alun adalah nama asli Jusuf Hamka sebelum menjadi seorang mualaf, yaitu Alun Josef.
Koordinator pembangunan Masjid Babah Alun, Juris Tobing, mengatakan, sampai saat ini sudah ada lima masjid bernuansa China yang dibangun oleh Jusuf Hamka. Di antaranya masih dalam proses pembangunan.
“Kalau cita-cita atau niat Pak Jusuf itu ingin bangun 1.000 masjid bernuansa Tionghoa di Indonesia. Sebelum ada Covid ini rencananya seperti itu,” ujar Juris saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (21.6).
Menurut Juris, Masjid Babah Alun pertama kali didirikan di kawasan Ancol, tetapi masjid pertama tersebut lebih berbentuk seperti mushala.
Setelah itu, Jusuf Hamka membangun masjid kedua di bawah kolong Tol Ir Wiyoto Wiyono yang menghubungkan Cawang dan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Selanjutnya, Jusuf Hamka kembali membangun Masjid Babah Alun yang ketiga di depan Gerbang Tol Depok-Antasari di daerah Cilandak, Jakarta Selatan.
Sementara itu, masjid keempat dan kelima dibangun di depan pintu Tol Sentul Selatan dan Sentul Barat.
“Yang Cilandak sudah selesai, tinggal pekerjaan tambahan saja. Kalau yang Bogor itu baru sturuktur. Nanti dilanjutkan lagi setelah Covid,” ucap Juris.
Lebih lanjut, Juris menjelaskan bahwa pendirian Masjid Babah Alun ini tidak lepas dari sosok Jusuf Hamka yang dikenal sangat dermawan.
Menurut Juris, dalam hidupnya Jusuf memliki prinsip bahwa setiap apa yang diterimanya harus selalu ada kebaikan.
“Jadi, setiap rezeki yang beliau dapat harus bisa memberikan kemaslahatan dalam bentuk sekecil apa pun. Makanya kita lihat beliau jiwa sosialnya sangat besar,” kata Juris.
Selain itu, menurut Juris, Jusuf Hamka juga merupakan sosok yang sangat vokal dalam menyuarakan sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia.
Dalam berepa kesempatan Jusuf bahkan kerap mengacungkan tiga jari saat berfoto untuk menunjukkan petingnya sila ketiga tersebut.
Karena itu, melalui masjid bernuansa China ini masyarakat Indonesia diharapkan kelak tetap selalu menjaga persatuan.
“Beliau mau mempersembahkan sesuatu untuk agama dan untuk persatuan Indonesia dengan bentuk membangun 1.000 masjid dengan nuansa Tionghoa ini,” kata Juris.
Jusuf Hamka saat ini telah berusia 62 tahun sehingga sangat sulit mewujudkan mimpinya untuk membangun 1.000 masjid bernuansa Tionghoa.
Karena itu, dia pun memberikan amanah kepada Juris agar kelak bisa melanjutkannya jika ia tidak memiliki waktu untuk mewujudkan mimpi itu.
Selain itu, menurut Juris, Jusuf Hamka menyadari bahwa pembangunan 1.000 masjid ini tidak bisa dilakukan seorang diri.
Karena itu, Jusuf juga memberikan kesempatan kepada masyarakat lainnya untuk beramal jariyah.
“Jadi, beliau membuka kepada siapa pun untuk bersedekah dan beramal untuk syiar ini. Misalkan ada yang punya tanah, mungkin nanti beliau yang akan bangun, dan kalau ada masjid yang kira-kira sudah lama dan perlu perbaikan, mungkin beliau yang akan renovasi,” kata Juris.
Wisata Religi
Masjid Babah Alun di Jakarta Utara memiliki gaya arsitekur oriental dengan warna merah yang mempu menarik perhatian wisatawan.
Selain itu, di dalam masjid ini terdapat tulisan kaligrafi asmaulhusna dengan terjemahan tulisan China.
Juris Tobing mengatakan, Masjid Babah Alun tersebut kelak diharapkan bisa menjadi tujuan wisata religi di Indonesia sehingga perekonomian masyarakat sekitar masjid juga meningkat.
“Selain untuk mensyiarkan Islam, ke depannya juga diharapkan jadi tempat wisata,” ujar Juris.
Jika kelak ada wisatawan Tionghoa yang mengunjungi masjid ini, mereka akan bisa lebih mengenal Islam lebih dekat.
Pasalnya, di dalam masjid Babah Alun juga dituliskan nama-nama Allah dengan tulisan Tionghoa.
“Jadi, di dalam masjid ini ada asmaulhusna dalam bentuk kaligrafi Arab dan dalam bentuk tulisan Tionghoa. Kaligrafinya dibuat oleh Pak Yanto dari Jogja,” kata Juris.
Sumber: republika.co.id
Masjid bernuansa China ini dibangun oleh anak angkat Buya Hamka, yaitu Muhammad Jusuf Hamka.
Pengusaha keturunan China ini sudah menjadi seorang mualaf sejak tahun 1981 atas tuntunan Buya Hamka.
Untuk mensyiarkan agama Islam, Jusuf Hamka kemudian berkeinginan untuk membangun 1.000 masjid bernuansa China pertama di Indonesia.
Nama masjid ini diambil dari nama asli Jusuf Hamka. Dalam tradisi Tionghoa, babah memiliki arti ‘ayah’.
Sementara itu, Alun adalah nama asli Jusuf Hamka sebelum menjadi seorang mualaf, yaitu Alun Josef.
Koordinator pembangunan Masjid Babah Alun, Juris Tobing, mengatakan, sampai saat ini sudah ada lima masjid bernuansa China yang dibangun oleh Jusuf Hamka. Di antaranya masih dalam proses pembangunan.
“Kalau cita-cita atau niat Pak Jusuf itu ingin bangun 1.000 masjid bernuansa Tionghoa di Indonesia. Sebelum ada Covid ini rencananya seperti itu,” ujar Juris saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (21.6).
Menurut Juris, Masjid Babah Alun pertama kali didirikan di kawasan Ancol, tetapi masjid pertama tersebut lebih berbentuk seperti mushala.
Setelah itu, Jusuf Hamka membangun masjid kedua di bawah kolong Tol Ir Wiyoto Wiyono yang menghubungkan Cawang dan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Selanjutnya, Jusuf Hamka kembali membangun Masjid Babah Alun yang ketiga di depan Gerbang Tol Depok-Antasari di daerah Cilandak, Jakarta Selatan.
Sementara itu, masjid keempat dan kelima dibangun di depan pintu Tol Sentul Selatan dan Sentul Barat.
“Yang Cilandak sudah selesai, tinggal pekerjaan tambahan saja. Kalau yang Bogor itu baru sturuktur. Nanti dilanjutkan lagi setelah Covid,” ucap Juris.
Lebih lanjut, Juris menjelaskan bahwa pendirian Masjid Babah Alun ini tidak lepas dari sosok Jusuf Hamka yang dikenal sangat dermawan.
Menurut Juris, dalam hidupnya Jusuf memliki prinsip bahwa setiap apa yang diterimanya harus selalu ada kebaikan.
“Jadi, setiap rezeki yang beliau dapat harus bisa memberikan kemaslahatan dalam bentuk sekecil apa pun. Makanya kita lihat beliau jiwa sosialnya sangat besar,” kata Juris.
Selain itu, menurut Juris, Jusuf Hamka juga merupakan sosok yang sangat vokal dalam menyuarakan sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia.
Dalam berepa kesempatan Jusuf bahkan kerap mengacungkan tiga jari saat berfoto untuk menunjukkan petingnya sila ketiga tersebut.
Karena itu, melalui masjid bernuansa China ini masyarakat Indonesia diharapkan kelak tetap selalu menjaga persatuan.
“Beliau mau mempersembahkan sesuatu untuk agama dan untuk persatuan Indonesia dengan bentuk membangun 1.000 masjid dengan nuansa Tionghoa ini,” kata Juris.
Jusuf Hamka saat ini telah berusia 62 tahun sehingga sangat sulit mewujudkan mimpinya untuk membangun 1.000 masjid bernuansa Tionghoa.
Karena itu, dia pun memberikan amanah kepada Juris agar kelak bisa melanjutkannya jika ia tidak memiliki waktu untuk mewujudkan mimpi itu.
Selain itu, menurut Juris, Jusuf Hamka menyadari bahwa pembangunan 1.000 masjid ini tidak bisa dilakukan seorang diri.
Karena itu, Jusuf juga memberikan kesempatan kepada masyarakat lainnya untuk beramal jariyah.
“Jadi, beliau membuka kepada siapa pun untuk bersedekah dan beramal untuk syiar ini. Misalkan ada yang punya tanah, mungkin nanti beliau yang akan bangun, dan kalau ada masjid yang kira-kira sudah lama dan perlu perbaikan, mungkin beliau yang akan renovasi,” kata Juris.
Wisata Religi
Masjid Babah Alun di Jakarta Utara memiliki gaya arsitekur oriental dengan warna merah yang mempu menarik perhatian wisatawan.
Selain itu, di dalam masjid ini terdapat tulisan kaligrafi asmaulhusna dengan terjemahan tulisan China.
Juris Tobing mengatakan, Masjid Babah Alun tersebut kelak diharapkan bisa menjadi tujuan wisata religi di Indonesia sehingga perekonomian masyarakat sekitar masjid juga meningkat.
“Selain untuk mensyiarkan Islam, ke depannya juga diharapkan jadi tempat wisata,” ujar Juris.
Jika kelak ada wisatawan Tionghoa yang mengunjungi masjid ini, mereka akan bisa lebih mengenal Islam lebih dekat.
Pasalnya, di dalam masjid Babah Alun juga dituliskan nama-nama Allah dengan tulisan Tionghoa.
“Jadi, di dalam masjid ini ada asmaulhusna dalam bentuk kaligrafi Arab dan dalam bentuk tulisan Tionghoa. Kaligrafinya dibuat oleh Pak Yanto dari Jogja,” kata Juris.
Sumber: republika.co.id
Previous
Posting Lebih BaruNext
Posting Lama
Posted by Juni 22, 2020 and have
0
komentar
, Published at