dr Tirta dikenal menjadi orang yang sangat vokal untuk menyadarkan masyarakat atas bahayanya pandemi Covid.
Namun di balik itu, dr Tirta ternyata baru menjadi mualaf pada 2011.
dr Tirta menceritakan bagaimana dirinya menjadi seorang mualaf pada saat itu.
Saat itu, bapaknya yang memang beragama islam tengah melakukan umrah.
“Saat bersamaan aku mimpi yang aneh. Jadi waktu itu aku ketiduran jam 4 sore, aku lihat diri aku terbaring dan aku seperti terbang tinggi sekali,” kata dr Tirta di dalam akun YouTube Masjid Agung al-Azhar.
Saat terbang, lanjut dr Tirta, dirinya dijaga oleh dua orang berbaju putih dan bercahaya.
Penjaga tersebut kemudian mengarahkan dr Tirta untuk menuju sebuah rumah berwarna hijau dan di sana terdapat keranda mayat berwarna hijau serta 9 orang.
“Di situ aku disuruh duduk dan tiba-tiba orang yang ada di dalam keranda itu bangkit, wajahnya bersinar banget.
Dia tidak berkata apa-apa namun hanya menitipkan surat ke kantong meja dan menghilang,” cerita dr Tirta.
“Salah satu kiai yang ada di rumah tersebut bilang ke aku, suatu saat kamu tau tugas mu akan besar.
Kemudian saya terbangun dan pas maghrib,” tuturnya.
Sejak saat itu, dr Tirta selalu mendengar azan setiap jam 9 pagi dan jam 12 siang. Hal ini pun diceritakan kepada sang ayah.
“Bapak cerita saat umrah berdoa untuk mengarahkan aku untuk mendapatkan yang terbaik. Dan sejak saat itu, saya memutuskan mau masuk Islam,” tuturnya
Namun di balik itu, dr Tirta ternyata baru menjadi mualaf pada 2011.
dr Tirta menceritakan bagaimana dirinya menjadi seorang mualaf pada saat itu.
Saat itu, bapaknya yang memang beragama islam tengah melakukan umrah.
“Saat bersamaan aku mimpi yang aneh. Jadi waktu itu aku ketiduran jam 4 sore, aku lihat diri aku terbaring dan aku seperti terbang tinggi sekali,” kata dr Tirta di dalam akun YouTube Masjid Agung al-Azhar.
Saat terbang, lanjut dr Tirta, dirinya dijaga oleh dua orang berbaju putih dan bercahaya.
Penjaga tersebut kemudian mengarahkan dr Tirta untuk menuju sebuah rumah berwarna hijau dan di sana terdapat keranda mayat berwarna hijau serta 9 orang.
“Di situ aku disuruh duduk dan tiba-tiba orang yang ada di dalam keranda itu bangkit, wajahnya bersinar banget.
Dia tidak berkata apa-apa namun hanya menitipkan surat ke kantong meja dan menghilang,” cerita dr Tirta.
“Salah satu kiai yang ada di rumah tersebut bilang ke aku, suatu saat kamu tau tugas mu akan besar.
Kemudian saya terbangun dan pas maghrib,” tuturnya.
Sejak saat itu, dr Tirta selalu mendengar azan setiap jam 9 pagi dan jam 12 siang. Hal ini pun diceritakan kepada sang ayah.
“Bapak cerita saat umrah berdoa untuk mengarahkan aku untuk mendapatkan yang terbaik. Dan sejak saat itu, saya memutuskan mau masuk Islam,” tuturnya
Previous
Posting Lebih BaruNext
Posting Lama
Posted by Mei 27, 2020 and have
0
komentar
, Published at