bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Faktor domestik dan eksternal menjadi beban bagi mata uang Tanah Air.
Pada Rabu (1/4/2020), US$ 1 setara dengan Rp 16.320 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,12% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Pagi-pagi sudah datang kabar yang kurang sedap. IHS Markit melaporkan PMI Indonesia Maret 2020 adalah 45,3. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 51,9 sekaligus menjadi yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI yang dimulai pada April 2011.
Virus corona adalah biang keladinya. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada pukul 06:49 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia adalah 857.487 orang dan korban jiwa mencapai 42.107.
Untuk meredam penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini, berbagai negara melakukan pembatasan aktivitas publik. Bahkan beberapa di antaranya ada yang menerapkan karantina wilayah (lockdown) total, seperti di India.
Masyarakat dianjurkan untuk tinggal di rumah, karena virus bergerak seiring aktivitas manusia. Ini membuat roda perekonomian berjalan sangat lambat.
"Perusahaan manufaktur Indonesia melaporkan penurunan paling tajam dalam periode sembilan tahun survei pada Maret disebabkan upaya untuk mencegah penyebaran virus corona menghantam sektor ini dan menyebabkan penurunan tajam pada permintaan. Kondisi permintaan melemah tajam, dengan total permintaan baru turun pada catatan terendah selama survei, yang disebabkan oleh kondisi penjualan ekspor yang hampir runtuh.
Lapangan kerja berkurang pada kisaran yang belum terjadi selama empat setengah tahun karena pabrik ditutup sementara atau mengurangi kapasitas produksi di tengah-tengah melemahnya penjualan," papar Bernard Aw, Kepala Ekonom IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Dengan penerapan lockdown yang semakin masif di berbagai negara, Aw menyatakan bahwa kondisi bisa memburuk pada kuartal II-2020. "Pandemi global telah berdampak pada penurunan ekonomi Indonesia sejauh ini, meningkatnya kemungkinan upaya-upaya yang lebih ketat berarti penurunan bisa lebih buruk pada kuartal II," sebutnya.
Sementara dari sisi eksternal, risk appetite investor kembali terjerembap. Aset-aset berisiko lagi-lagi tidak menjadi pilihan.
Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York jatuh di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambles 1,84%, S&P 500 anjlok 1,6%, dan Nasdaq Composite turun 0,95%. Bursa saham Asia juga 'kebakaran'. Pada pukul 08:28 WIB, indeks TOPIX (Jepang) terkoreksi 1,1%, Straits Times (Singapura) melemah 0,52%, dan Kospi (Korea Selatan) minus 0,2%.
Virus corona benar-benar membawa petaka. Tidak hanya di Indonesia, seluruh dunia merasakannya.
Goldman Sach merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi AS menjadi -34% secara annualized (kuartalan yang disetahunkan) pada kuartal I-2020. Lebih parah ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu -24%. Angka pengangguran Negeri Paman Sam diperkirakan melonjak menjadi 15% pada pertengahan tahun ini.
Meski begitu, Goldman Sach memperkirakan ekonomi akan mulai pulih pada paruh kedua 2020 seiring penyebaran virus yang melambat. Pemulihan akan terjadi secara bertahap mulai Mei atau Juni.
Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan melesat 19% pada kuartal III-2020. Lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 12%.
Namun investor tentu melihat kondisi sekarang yang masih sangat tertekan. Situasi yang memburuk akibat virus corona membuat pelaku pasar menahan diri dan menjauh dari aset-aset berisiko, termasuk di Indonesia. Akibatnya, rupiah pun melemah.
Sumber CNBC Indonesia
Pada Rabu (1/4/2020), US$ 1 setara dengan Rp 16.320 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,12% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Pagi-pagi sudah datang kabar yang kurang sedap. IHS Markit melaporkan PMI Indonesia Maret 2020 adalah 45,3. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 51,9 sekaligus menjadi yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI yang dimulai pada April 2011.
Virus corona adalah biang keladinya. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada pukul 06:49 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia adalah 857.487 orang dan korban jiwa mencapai 42.107.
Untuk meredam penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini, berbagai negara melakukan pembatasan aktivitas publik. Bahkan beberapa di antaranya ada yang menerapkan karantina wilayah (lockdown) total, seperti di India.
Masyarakat dianjurkan untuk tinggal di rumah, karena virus bergerak seiring aktivitas manusia. Ini membuat roda perekonomian berjalan sangat lambat.
"Perusahaan manufaktur Indonesia melaporkan penurunan paling tajam dalam periode sembilan tahun survei pada Maret disebabkan upaya untuk mencegah penyebaran virus corona menghantam sektor ini dan menyebabkan penurunan tajam pada permintaan. Kondisi permintaan melemah tajam, dengan total permintaan baru turun pada catatan terendah selama survei, yang disebabkan oleh kondisi penjualan ekspor yang hampir runtuh.
Lapangan kerja berkurang pada kisaran yang belum terjadi selama empat setengah tahun karena pabrik ditutup sementara atau mengurangi kapasitas produksi di tengah-tengah melemahnya penjualan," papar Bernard Aw, Kepala Ekonom IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Dengan penerapan lockdown yang semakin masif di berbagai negara, Aw menyatakan bahwa kondisi bisa memburuk pada kuartal II-2020. "Pandemi global telah berdampak pada penurunan ekonomi Indonesia sejauh ini, meningkatnya kemungkinan upaya-upaya yang lebih ketat berarti penurunan bisa lebih buruk pada kuartal II," sebutnya.
Sementara dari sisi eksternal, risk appetite investor kembali terjerembap. Aset-aset berisiko lagi-lagi tidak menjadi pilihan.
Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York jatuh di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambles 1,84%, S&P 500 anjlok 1,6%, dan Nasdaq Composite turun 0,95%. Bursa saham Asia juga 'kebakaran'. Pada pukul 08:28 WIB, indeks TOPIX (Jepang) terkoreksi 1,1%, Straits Times (Singapura) melemah 0,52%, dan Kospi (Korea Selatan) minus 0,2%.
Virus corona benar-benar membawa petaka. Tidak hanya di Indonesia, seluruh dunia merasakannya.
Goldman Sach merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi AS menjadi -34% secara annualized (kuartalan yang disetahunkan) pada kuartal I-2020. Lebih parah ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu -24%. Angka pengangguran Negeri Paman Sam diperkirakan melonjak menjadi 15% pada pertengahan tahun ini.
Meski begitu, Goldman Sach memperkirakan ekonomi akan mulai pulih pada paruh kedua 2020 seiring penyebaran virus yang melambat. Pemulihan akan terjadi secara bertahap mulai Mei atau Juni.
Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan melesat 19% pada kuartal III-2020. Lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 12%.
Namun investor tentu melihat kondisi sekarang yang masih sangat tertekan. Situasi yang memburuk akibat virus corona membuat pelaku pasar menahan diri dan menjauh dari aset-aset berisiko, termasuk di Indonesia. Akibatnya, rupiah pun melemah.
Sumber CNBC Indonesia
Previous
Posting Lebih BaruNext
Posting Lama
Posted by Maret 31, 2020 and have
0
komentar
, Published at